Ilmu Kehidupan - nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seorang manusia, berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Hawa nafsu merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut. Dapat berupa hawa nafsu untuk pengetahuan, kekuasaan, dan lainnya, namun pada umumnya dihubungkan dengan hawa nafsu birahi.
Ada sekolompok orang menganggap hawa nafsu sebagai "syaitan yang bersemayam di dalam diri manusia," yang bertugas untuk mengusung manusia kepada kefasikan atau pengingkaran. Mengikuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada kerusakan. Akibat pemuasan nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan juga dapat merusak potensi diri seseorang.
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. Potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman, keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). Maka dari itu mensucikan diri atau mengendalikan hawa nafsu adalah keharusan bagi siapa saja yang menghendaki keseimbangan, kebahagian dalam hidupnya karena hanya dengan berjalan di jalur-jalur yang benar sajalah menusia dapat mencapai hal tersebut.
Dalam hal lain nafsu juga di sebut dengan 7 hawa nafsu manusia (dalam versi islam)
1. NAFSU KAMILAH
Ini adalah peringkat nafsu tertinggi di kalangan manusia. Setiap perlakuan orang yang berada pada makam nafsu ini benar-benar mengikut keredhaan Allah dan tidak pernah terdorong oleh hasutan nafsu dan syaitan kepada kejahatan dan kemaksiatan.
Cinta, ingatan dan kerinduannya hanya tertumpu pada Allah, tidak pernah putus walaupun sekejap.
Hanya para rasul, para nabi dan wali Allah saja yang boleh sampai ke taraf nafsu kamilah. Orang soleh, pejuang kebenaran boleh/bisa menuju ke tingkat nafsu yang tinggi itu dengan proses mujahadah yang bersungguh-sungguh.
2. NAFSU MARDHIAH
Mereka yang telah sampai ke peringkat nafsu mardhiah kelihatan lebih tenang dan tenteram. Hati dan jiwanya telah benar-benar sebati dengan Allah s.w.t.
Orang yang dapat mencapai martabat nafsu kamilah digelar wali Allah pada martabat yang istimewa.
Di antara sifat orang yang bernafsu mardhiah :
Nafsu radhiah adalah peningkatan daripada nafsu mutmainnah hasil kegigihan melatih diri utk memakrifatkn diri kepada Allah s.w.t Orang ini memiliki keseluruhan sifat mahmudah dan kuat hubungan hatinya dengan Allah s.w.t. Orang ini mendapat pimpinan ilmu laduni dan mempunyai pandangan mata hati yang tajam atau dikenali sebagai ilmu firasat yang betul.
Perlakuan orang pada makam nafsu ini adalah luar biasa dan ia tidak takut pada bala Allah dan tidak rasa gembira pada nikmat Allah, semuanya sama baginya, yang ia tahu hanya memandang kepada keredhaan Allah dan hukuman-Nya. Hati nuraninya disinari oleh nur syuhud kepada makrifatullah.
Alam di sekeliling mereka laksana cermin. Apabila melihat alam ia ‘nampak’ (teringat atau terasa) akan Allah. Hal itu berlaku setiap ketika. Makam ini juga disebut sebagai makam musyahadah dan telah mencapai sifat ‘al-ihsan’.
Sifat-sifat mahmudah yang terbit dari nafsu radhiah ialah zuhud, ikhlas, wara’, meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya, memelihara hukum-hakam Allah s.w.t.dan lain-lain sifat kerohanian yang tinggi.
Makam nafsu radhiah ini hanya dapat dicapai oleh para wali Allah. Mereka dapat merasakan nikmat melakukan kebajikan dan berbudi luhur. Zikir wiridnya hebat, bukan sekadar di lidah tetapi hatinya penuh khusyu’ dan tawadhu’ mengingati Allah, tanpa lekang.
3. NAFSU MUTMAINNAH
Setelah melalui nafsu mulhamah, dengan latihan zikir dan amal ibadat yang berterusan, seseorang itu boleh meningkat kepada nafsu mutmainnah. Pada makam nafsu mutmainnah ini, hati sudah sampai ke peringkat suci dan tenang. Nafsu mutmainnah adalah martabat nafsu pertama yang telah mula mendapat keredhaan Allah dan baru layak memasuki syurga, sebagaimana Firman Allah s.w.t.
“Wahai ‘al-nafs al-mutmainnah’ (jiwa yang tenang). Kembalilah kepada Rab (Tuhan) kamu dalam keadaan reda dan diredai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam jannah (taman/syurga)-Ku.” (Al-Fajr: 27-30).
Di antara sifat-sifat yang dimiliki oleh orang yang bernafsu mutmainnah :
Setelah meleburkan nafsu ammarah dan lawwamah melalui mujahadah yang bersungguh-sungguh seseorang itu akan meningkat kepada nafsu mulhamah. Nafsu Mulhamah ini sudah menerima proses penyucian hati atau mujahadatun nafs. Tiada lagi lintasan-lintasa kotor atau was-was syaitan, sebaliknya malaikat atau Allah s.w.t mengilhamkan kebaikan pada hatinya.
Di antara sifa-sifat orang yang bernafsu mulhamah ini ialah :
Namun begitu, sifat-sifat baik (mahmudah) sama ada zahir atau batinnya belum benar-benar berakar umbi dengan teguh dalam diri dan hatinya. Oleh itu, ia perlu menjaganya dgn mengawal diri dan hatinya serta perlu meningkatkan mujahadah dan meningkatkan amalan solehnya. Ujian ke atasnya sentiasa ada dan sekiranya ia tidak berjaga-jaga dan leka nanti Allah akan mencabut kembali makam itu dan turun balik ke makam nafsu lawwamah.
6. NAFSU LAWWAMAH
Nafsu lawammah ini lebih baik sedikit daripada nafsu ammarah. Nafsu lawwamah ialah nafsu yg selalu mengkritik atau mencela diri sendiri apabila melakukan sesuatu dosa atau kejahatan. Hatinya menyesal dan segera memohon ampun kepada Allah dan memperbaiki amal ibadatnya. Bila terlajak berbuat dosa, ia segera menyesal. Walau bagaimanapun, untuk berbuat kebajikan dan taat, ia masih terasa berat dan dilakukan dalam keadaan terpaksa dan tidak terasa nikmatnya.
Orang yang bernafsu lawwamah mempunyai ilmu, namun hatinya masih lemah dan nafsunya masih rakus dan masih banyak sifat mazmumah, cuma dia mudah tersedar apabila ditegur. Walaupun hatinya boleh dan mudah terdorong ke arah melakukan ibadah dan kebaikan tetapi nafsunya masih belum dapat ditundukkan sepenuhnya.
Di antara sifat-sifat orang bernafsu lawammah ialah :
Oleh itu, jalan selamat bagi orang mempunyai nafsu lawwamah ini ialah dengan sentiasa bergaul dengan oran-orang baik dan sentiasa berada dalam lingkungan (suasana) yang baik. Ia hendaklah menjauhi kawan-kawan dan suasana yang tidak baik kerana hatinya mudah tergoda, terpengaruh dan terikut-ikut dengan kejahatan dan kemaksiatan.
Di antara langkah yang boleh dilakukan bagi memperbaiki nafsu ini supaya meningkat kepada nafsu yang lebih tinggi (bukannya menurun ke nafsu ammarah) ialah :
Nafsu ammarah ialah nafsu tingkat yg paling jahat. Ia sentiasa mengajak manusia yang dikuasainya ke jalan kejahatan, melakukan maksiat dan seronok melakukannya.
Di antara sifat-sifat orang yang mempunyai nafsu ammarah ini yaitu :
Sedang Nafsu yang lebih rendah daripada nafsu ammarah semuanya di kategorikan dalam nafsu Hayawani, yaitu :
Ada sekolompok orang menganggap hawa nafsu sebagai "syaitan yang bersemayam di dalam diri manusia," yang bertugas untuk mengusung manusia kepada kefasikan atau pengingkaran. Mengikuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada kerusakan. Akibat pemuasan nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan juga dapat merusak potensi diri seseorang.
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. Potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman, keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). Maka dari itu mensucikan diri atau mengendalikan hawa nafsu adalah keharusan bagi siapa saja yang menghendaki keseimbangan, kebahagian dalam hidupnya karena hanya dengan berjalan di jalur-jalur yang benar sajalah menusia dapat mencapai hal tersebut.
Dalam hal lain nafsu juga di sebut dengan 7 hawa nafsu manusia (dalam versi islam)
1. NAFSU KAMILAH
Ini adalah peringkat nafsu tertinggi di kalangan manusia. Setiap perlakuan orang yang berada pada makam nafsu ini benar-benar mengikut keredhaan Allah dan tidak pernah terdorong oleh hasutan nafsu dan syaitan kepada kejahatan dan kemaksiatan.
Cinta, ingatan dan kerinduannya hanya tertumpu pada Allah, tidak pernah putus walaupun sekejap.
Hanya para rasul, para nabi dan wali Allah saja yang boleh sampai ke taraf nafsu kamilah. Orang soleh, pejuang kebenaran boleh/bisa menuju ke tingkat nafsu yang tinggi itu dengan proses mujahadah yang bersungguh-sungguh.
2. NAFSU MARDHIAH
Mereka yang telah sampai ke peringkat nafsu mardhiah kelihatan lebih tenang dan tenteram. Hati dan jiwanya telah benar-benar sebati dengan Allah s.w.t.
Orang yang dapat mencapai martabat nafsu kamilah digelar wali Allah pada martabat yang istimewa.
Di antara sifat orang yang bernafsu mardhiah :
- Elok dan tingginya budi atau kesusilaan orang ini umpama nabi-nabi.
- Lemah-lembut dalam pergaulan masyarakat sebagaimana perangai nabi-nabi.
- Sentiasa ghairah untuk berdamping dan beribadah kepada Allah s.w.t.
- Sentiasa berfikir akan kebesaran Allah s.w.t.
- Redha dan rela dengan apa-apa pemberian Allah s.w.t. dan lain-lain sifat terpuji (mahmudah).
Nafsu radhiah adalah peningkatan daripada nafsu mutmainnah hasil kegigihan melatih diri utk memakrifatkn diri kepada Allah s.w.t Orang ini memiliki keseluruhan sifat mahmudah dan kuat hubungan hatinya dengan Allah s.w.t. Orang ini mendapat pimpinan ilmu laduni dan mempunyai pandangan mata hati yang tajam atau dikenali sebagai ilmu firasat yang betul.
Perlakuan orang pada makam nafsu ini adalah luar biasa dan ia tidak takut pada bala Allah dan tidak rasa gembira pada nikmat Allah, semuanya sama baginya, yang ia tahu hanya memandang kepada keredhaan Allah dan hukuman-Nya. Hati nuraninya disinari oleh nur syuhud kepada makrifatullah.
Alam di sekeliling mereka laksana cermin. Apabila melihat alam ia ‘nampak’ (teringat atau terasa) akan Allah. Hal itu berlaku setiap ketika. Makam ini juga disebut sebagai makam musyahadah dan telah mencapai sifat ‘al-ihsan’.
Sifat-sifat mahmudah yang terbit dari nafsu radhiah ialah zuhud, ikhlas, wara’, meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya, memelihara hukum-hakam Allah s.w.t.dan lain-lain sifat kerohanian yang tinggi.
Makam nafsu radhiah ini hanya dapat dicapai oleh para wali Allah. Mereka dapat merasakan nikmat melakukan kebajikan dan berbudi luhur. Zikir wiridnya hebat, bukan sekadar di lidah tetapi hatinya penuh khusyu’ dan tawadhu’ mengingati Allah, tanpa lekang.
3. NAFSU MUTMAINNAH
Setelah melalui nafsu mulhamah, dengan latihan zikir dan amal ibadat yang berterusan, seseorang itu boleh meningkat kepada nafsu mutmainnah. Pada makam nafsu mutmainnah ini, hati sudah sampai ke peringkat suci dan tenang. Nafsu mutmainnah adalah martabat nafsu pertama yang telah mula mendapat keredhaan Allah dan baru layak memasuki syurga, sebagaimana Firman Allah s.w.t.
“Wahai ‘al-nafs al-mutmainnah’ (jiwa yang tenang). Kembalilah kepada Rab (Tuhan) kamu dalam keadaan reda dan diredai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam jannah (taman/syurga)-Ku.” (Al-Fajr: 27-30).
Di antara sifat-sifat yang dimiliki oleh orang yang bernafsu mutmainnah :
- Murah hati dan tidak lekat wang di tangan kerana bersedekah.
- Tawakkal yang benar.
- Arif dan bijaksana.
- Kuat beribadah.
- Syukur yang benar.
- Ridha atas segala hukuman/bala Allah.
- Taqwa yang benar dan sifat-sifat terpuji (mahmudah) yang lain.
Setelah meleburkan nafsu ammarah dan lawwamah melalui mujahadah yang bersungguh-sungguh seseorang itu akan meningkat kepada nafsu mulhamah. Nafsu Mulhamah ini sudah menerima proses penyucian hati atau mujahadatun nafs. Tiada lagi lintasan-lintasa kotor atau was-was syaitan, sebaliknya malaikat atau Allah s.w.t mengilhamkan kebaikan pada hatinya.
Di antara sifa-sifat orang yang bernafsu mulhamah ini ialah :
- Tidak sayangkan harta, tidak sayangkan dunia.
- Merasa cukup dengan kurniaan Allah (sifat qanaah).
- Mendapat ilmu laduni dan ilham.
- Timbul perasaan merendah diri kepada Allah (sifat tawadhu’).
- Taubat yang benar-benar (taubat nasuha).
- Tahan menanggung kesusahan dan mempunyai sifat-sifat terpuji (mahmudah) yang lain.
Namun begitu, sifat-sifat baik (mahmudah) sama ada zahir atau batinnya belum benar-benar berakar umbi dengan teguh dalam diri dan hatinya. Oleh itu, ia perlu menjaganya dgn mengawal diri dan hatinya serta perlu meningkatkan mujahadah dan meningkatkan amalan solehnya. Ujian ke atasnya sentiasa ada dan sekiranya ia tidak berjaga-jaga dan leka nanti Allah akan mencabut kembali makam itu dan turun balik ke makam nafsu lawwamah.
6. NAFSU LAWWAMAH
Nafsu lawammah ini lebih baik sedikit daripada nafsu ammarah. Nafsu lawwamah ialah nafsu yg selalu mengkritik atau mencela diri sendiri apabila melakukan sesuatu dosa atau kejahatan. Hatinya menyesal dan segera memohon ampun kepada Allah dan memperbaiki amal ibadatnya. Bila terlajak berbuat dosa, ia segera menyesal. Walau bagaimanapun, untuk berbuat kebajikan dan taat, ia masih terasa berat dan dilakukan dalam keadaan terpaksa dan tidak terasa nikmatnya.
Orang yang bernafsu lawwamah mempunyai ilmu, namun hatinya masih lemah dan nafsunya masih rakus dan masih banyak sifat mazmumah, cuma dia mudah tersedar apabila ditegur. Walaupun hatinya boleh dan mudah terdorong ke arah melakukan ibadah dan kebaikan tetapi nafsunya masih belum dapat ditundukkan sepenuhnya.
Di antara sifat-sifat orang bernafsu lawammah ialah :
- Mencela kesalahan diri sendiri.
- Selalu berfikir (bertafakur) mengenang dosa dan keburukannya.
- Rasa takut bila rasa bersalah apabila melakukan dosa dan kejahatan.
- Mengkritik terhadap apa jua yg dikatakan kejahatan.
- Mudah merasa riya’ iaitu hendak menunjuk-nunjuk kepada orang lain apabila membuat kebaikan.
- Mudah merasa sum’ah, iaitu ingin mmperdengarkan atau memberitahu atau menghebahkan kepada orang lain sesuatu kebajikan yg dibuatnya supaya mendapat pujian orang.
- Mudah juga merasa ujub, iaitu perasaan dalam hati yang merasakan dirinya lebih baik daripada orang lain, walaupun pada zahirnya ia menunjukkan sifat tawadhu’ atau tidak mahu terkenal atau pemurah. Sifat ini yang paling sukar dihapuskan.
- Sifat-sifat mazmumah yang lain dalam hati masih tidak mampu dilawan dan sedang menguasai hatinya.
Oleh itu, jalan selamat bagi orang mempunyai nafsu lawwamah ini ialah dengan sentiasa bergaul dengan oran-orang baik dan sentiasa berada dalam lingkungan (suasana) yang baik. Ia hendaklah menjauhi kawan-kawan dan suasana yang tidak baik kerana hatinya mudah tergoda, terpengaruh dan terikut-ikut dengan kejahatan dan kemaksiatan.
Di antara langkah yang boleh dilakukan bagi memperbaiki nafsu ini supaya meningkat kepada nafsu yang lebih tinggi (bukannya menurun ke nafsu ammarah) ialah :
- Belajar dan berusaha utk melatih diri bermujahadah bagi melawan hawa nafsu dengan cara menanamkan rasa benci kepada maksiat dan menanam rasa cinta kepada kebajikan dan majlis-majlis ilmu.
- Melakukan zikrullah supaya hati lebih lembut.
- Berdoa bersungguh-sungguh memohon pertolongan Allah untuk memudahkan ia melawan nafsunya.
- Dapatkan guru mursyid.
Nafsu ammarah ialah nafsu tingkat yg paling jahat. Ia sentiasa mengajak manusia yang dikuasainya ke jalan kejahatan, melakukan maksiat dan seronok melakukannya.
Di antara sifat-sifat orang yang mempunyai nafsu ammarah ini yaitu :
- Selalu tergoda kepada godaan nafsu dan syaitan. Nafsu ammarah sentiasa menyuruh seseorang itu melakukan kejahatan sama ada ia faham perbuatan itu jahat atau tidak.
- Tidak merasa duka atau sesal atas perbuatan jahatnya, malah perasaannya lega dan gembira. Contohnya, bila tertinggal solat, hatinya tidak rungsing dan kesal sedikit pun, bahkan kadang-kadang merasa gembira dan senang hati.
- Terlalu gembira bila mendapat nikmat dan berputus asa bila ditimpa bala dan kesusahan.
- Sifat-sifat yang terbit dari benih nafsu ammarah ini ialah bakhil, tamak dan haloba akan harta dunia serta terlalu cintakan keduniaan, panjang angan-angan, sombong, takabur, sukakan kemegahan, ingin namanya terkenal dan masyhur, hasad dengki, dendam kesumat, khianat dan niat jahat, lalai terhadap Allah dan lain-lain sifat mazmumah bersarang di hatinya.
Sedang Nafsu yang lebih rendah daripada nafsu ammarah semuanya di kategorikan dalam nafsu Hayawani, yaitu :
- NAFSU KALBIAH, Nafsu Kalbiah ini mempunyai sifat anjing, yang antara lain suka memonopoli sendiri.
- NAFSU HIMARIAH, Nafsu Himariah ini mempunyai jiwa keledai, iaitu pandai memikul namun tidak mengerti sedikit pun apa yang dipikulnya. Dengan kata lain, ia tak memahami masalah.
- NAFSU SABU’IAH, Nafsu Sabu’iah ini pula berjiwa serigala iaitu suka-suka menyakiti atau menganiaya orang lain dengan cara apa sekalipun.
- NAFSU FA’RIAH, Nafsu Fa’riah ini adalah seperti tikus, iaitu bangsa perusak atau seumpamanya.
- NAFSU KHINZIRIAH, Nafsu Khinziriah ini bersifat babi, iaitu suka kepada yang kotor, busuk dan yang menjijikkan.
- NAFSU THUSIAH, Nafsu Thusiah ini pula ialah nafsu merak iaitu suka menyombongkan diri, mempamerkan diri, berlagak, mendabik dada dan sebagainya.
- NAFSU JAMALIAH, Nafsu Jamaliah ialah nafsu unta iaitu tidak ada rasa santun, kasih sayang, benci bersosial, tidak pedulikan kesusahan orang, yang penting dirinya selamat dan untung.
- NAFSU DUBBIAH, Nafsu Dubbiah ini mempunyai jiwa beruang. Biarpun kuat dan gagah, tapi pendek akal atau dungu.
- NAFSU QIRDIAH, Nafsu Qirdiah ini berjiwa beruk atau monyet iaitu apabila diberi ia mengejek, tidak diberi ia mencebek, sinis, dan suka melecehkan/memandang mudah. Ringkasnya sifat orang yang memang tidak tahu hendak bersyukur.
- NAFSU ZATIS-SUHUMI WA HAMATI WAL-HAYATI WAL-AQRABI, Nafsu Zatis-Suhumi Wa Hamati Wal-Hayati Wal-Aqrabi ini pula berjiwa binatang penyengat berbisa sebagai ular dan kala jengking. Orang ini senang sindir-menyindir orang, menyakiti hati orang, dengki, dendam, dan seumpamanya.
menurut anda bagai mana nafsu itu? seperti apa dia, bagaimana cara mengendalikannya, semua itu tergantung pada diri anda sendiri. Tetapi Anda juga harus tahu Nafsu juga penting, Segala kehendak anda pasti menggunakan Nafsu, Apabila tidak ada Nafsu Kehendak anda tidak akan terpenuhi, bergerak didalam Nafsu tetapi tidak lupa akan Kehendak.
Nafsu Menurut Versi Hindu
Kama (hawa nafsu) pastilah ada pada setiap orang. Kama inilah menggerakkan orang untuk melakukan atau berbuat sesuatu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masing-masing. Kama merupakan suatu kekuatan atau energi yang membuat orang hidup dinamis, hidup lebih bergairah dan bersemangat. Kama jika dipandang dari aspek kemanusiaan, merupakan hal yang alamiah, manusia sejak lahir sudah dilengkapi dengan kama, kama merupakan bagian integral dari sosok manusia.
Jadi, kama adalah sesuatu yang netral adanya. Kama jika dipandang dari sudut moral, kama ada yang bersifat positif yaitu kama yang terkendali. Kama yang dikuasai oleh dharma, tidak masalah kama itu besar atau kecil, asalkan terkendali oleh kebijaksanaan, maka kama ini tergolong suatu hal yang baik dan benar. Sebaliknya, jika kama menjadi suatu hal yang buruk jika kama tersebut tidak terkendali oleh kebijaksanaan dan kesadaran. Kama yang tidak terkendali inilah yang dimaksud dan menjadi bagian dari Sadripu, enam musuh tersembunyi yang ada pada setiap orang. Lima lainnya adalah kroda (emosi kemarahan), loba (ketamakan), moha (kebingungan), mada (kemabukan) dan matsarya (kedengkian).
Untuk mengatasi atau mengendalikan kama dibutuhkan kekuatan srada dan pengendalian diri yang baik. Hal ini dapat kita kaji dari analogi berikut. Orang yang memiliki cita-cita, tekad dan ambisi yang besar, serta hawa nafsu yang besar, untuk memuaskan dirinya atau agar mampu meraih apa yang dibutuhkan dan diinginkan maka dia harus punya ketahanan tubuh yang prima sekaligus mental yang lebih kuat dibandingkan orang pada umumnya, ditambah lagi punya kemampuan disiplin diri yang baik. Coba bayangkan sebuah mobil yang besar seperti bus atau truk, kendaraan yang besar dan berat ini untuk dapat melaju dengan baik memerlukan daya yang lebih besar dan juga memerlukan alat pengendali atau pengekang yang lebih kuat pula, dibandingkan dengan mobil-mobil yang lebih kecil ukurannya. Analogi yang lain, untuk tekanan yang lebih tinggi pada suatu bejana tertutup maka diperlukan dinding yang lebih kuat agar dapat menahan tekanan tersebut, sehingga alat pun berfungsi dengan baik.
Untuk meningkatkan kama dalam diri sudah tentu lebih mudah bila dibandingkan bagaimana meningkatkan kemampuan pengendalian diri. Kama dalam Sarasamuccaya diibaratkan sebagai api, jika di tambahkan sedikit minyak ke dalamnya, maka dengan cepat api akan membesar, jika api sudah membesar, masalah pun mulai muncul, yakni betapa sulitnya mengendalikan api yang sudah membesar. Fenomena seperti inilah bagaimana setiap orang berperang melawan kama yang ada dalam dirinya. Jika manusia kalah dan dikuasai oleh hawa nafsunya maka dia akan musnah tetapi bila dia mampu mengendalikan kobaran api hawa nafsunya niscaya dia selamat sampai tujuan.
Perang melawan hawa nafsu? Dari percakapan antara Sri Krisna dan Arjuna (Krisnarjuna samwada) yaitu tertulis pada Bhagawadgita sloka III-36,37 dimana Arjuna bertanya kepada Sri Krisna tentang apa penyebab orang-orang berbuat dosa walaupun ditentang oleh hatinuraninya. Hal ini dijawab oleh Sri Krisna, bahwa penyebab orang berbuat dosa adalah karena orang itu dikuasai oleh nafsu (kama) dan amarah (kroda) yang lahir dari sifat rajas guna, keduanya merupakan musuh setiap orang. Adapun tafsir dari sloka ini adalah setiap orang mempunyai kewajiban (swadharma) untuk memerangi musuh-musuh yang ada diri manusia, di antaranya hawa nafsu.
Bagaimana upaya kita untuk memerangi hawa nafsu? Sri Krisna dalam Bhagawadgita telah memberikan cara atau upaya untuk melawan dan mengendalikan hawa nafsu, yaitu pertama, dengan disiplin melakukan kebiasaan yang baik (abhyasa) dan yang kedua berusaha melaksanakan usaha pembebasan diri atau tidak terikat pada keinginan (wairagya).
“Tidak dapat diragukan lagi, O, Arjuna, pikiran itu berubah-ubah, sukar ditaklukkan, tetapi ia bisa dikendalikan dengan membiasakan diri dan ketidakterikatan.” (Bhagawadgita-VI-35)"
Pengendalian nafsu dapat dilakukan melalui pengendalian pikiran, pikiran itu seperti disebutkan pada sloka di atas mudah berubah-ubah dan liar, mudah dipengaruhi oleh indera-indera. Dengan pengendalian pikiran, pikiran menjadi lebih tenang dan kesadaran terjaga, dengan demikian pengaruh hawa nafsu dapat diatasi oleh pikiran yang sadar. Kebiasan yang baik itu antara lain dengan rutin menjalankan puja, doa,yoga, dhyana dan japamantra, pada waktu tertentu menjalankan tapabrata seperti puasa, melaksanakan dharmadana dan bertirtayatra mengunjungi tempat suci.
Usaha kedua, yaitu usaha pembebasan diri antara lain dengan cara perenungan diri (refleksi diri) tentang hakikat hidup, menjalankan pola hidup sederhana, dan mengamalkan ajaran bekerja dengan ikhlas seperti yang dianjurkan dalam Bhagawadgita. Perang melawan hawa nafsu sudah dilakukan secara kolektif sejak dahulu oleh umat Hindu, yaitu melalui perayaan rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan. Selama tiga hari menjelang Galungan, umat Hindu mengalami godaan hawa nafsu, jika berhasil mengatasi godaan tersebut, maka umat Hindu bersukacita merayakan kemenangan perang melawan hawa nafsu, di mana hari itu disebut hari kemenangan atau hari Galungan.
Demikianlah, perang melawan hawa nafsu sebenarnya sudah menjadi bagian dari tradisi umat Hindu, namun perlu diingat hawa nafsu itu bukanlah musuh yang mudah dikalahkan, hawa nafsu itu selalu ada, dan tetap menjadi ancaman bagi siapa pun jika tidak dapat dikendalikan. Satu pesan bijak yang perlu diingat kita semua “Sa sukhi yas trsnaya mucyate” yang artinya, dia yang tidak dikuasai hawa nafsunya ialah orang yang beruntung. Om Namo Siva Buddhaya!
Nafsu Menurut Versi Hindu
Kama (hawa nafsu) pastilah ada pada setiap orang. Kama inilah menggerakkan orang untuk melakukan atau berbuat sesuatu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masing-masing. Kama merupakan suatu kekuatan atau energi yang membuat orang hidup dinamis, hidup lebih bergairah dan bersemangat. Kama jika dipandang dari aspek kemanusiaan, merupakan hal yang alamiah, manusia sejak lahir sudah dilengkapi dengan kama, kama merupakan bagian integral dari sosok manusia.
Jadi, kama adalah sesuatu yang netral adanya. Kama jika dipandang dari sudut moral, kama ada yang bersifat positif yaitu kama yang terkendali. Kama yang dikuasai oleh dharma, tidak masalah kama itu besar atau kecil, asalkan terkendali oleh kebijaksanaan, maka kama ini tergolong suatu hal yang baik dan benar. Sebaliknya, jika kama menjadi suatu hal yang buruk jika kama tersebut tidak terkendali oleh kebijaksanaan dan kesadaran. Kama yang tidak terkendali inilah yang dimaksud dan menjadi bagian dari Sadripu, enam musuh tersembunyi yang ada pada setiap orang. Lima lainnya adalah kroda (emosi kemarahan), loba (ketamakan), moha (kebingungan), mada (kemabukan) dan matsarya (kedengkian).
Untuk mengatasi atau mengendalikan kama dibutuhkan kekuatan srada dan pengendalian diri yang baik. Hal ini dapat kita kaji dari analogi berikut. Orang yang memiliki cita-cita, tekad dan ambisi yang besar, serta hawa nafsu yang besar, untuk memuaskan dirinya atau agar mampu meraih apa yang dibutuhkan dan diinginkan maka dia harus punya ketahanan tubuh yang prima sekaligus mental yang lebih kuat dibandingkan orang pada umumnya, ditambah lagi punya kemampuan disiplin diri yang baik. Coba bayangkan sebuah mobil yang besar seperti bus atau truk, kendaraan yang besar dan berat ini untuk dapat melaju dengan baik memerlukan daya yang lebih besar dan juga memerlukan alat pengendali atau pengekang yang lebih kuat pula, dibandingkan dengan mobil-mobil yang lebih kecil ukurannya. Analogi yang lain, untuk tekanan yang lebih tinggi pada suatu bejana tertutup maka diperlukan dinding yang lebih kuat agar dapat menahan tekanan tersebut, sehingga alat pun berfungsi dengan baik.
Untuk meningkatkan kama dalam diri sudah tentu lebih mudah bila dibandingkan bagaimana meningkatkan kemampuan pengendalian diri. Kama dalam Sarasamuccaya diibaratkan sebagai api, jika di tambahkan sedikit minyak ke dalamnya, maka dengan cepat api akan membesar, jika api sudah membesar, masalah pun mulai muncul, yakni betapa sulitnya mengendalikan api yang sudah membesar. Fenomena seperti inilah bagaimana setiap orang berperang melawan kama yang ada dalam dirinya. Jika manusia kalah dan dikuasai oleh hawa nafsunya maka dia akan musnah tetapi bila dia mampu mengendalikan kobaran api hawa nafsunya niscaya dia selamat sampai tujuan.
Perang melawan hawa nafsu? Dari percakapan antara Sri Krisna dan Arjuna (Krisnarjuna samwada) yaitu tertulis pada Bhagawadgita sloka III-36,37 dimana Arjuna bertanya kepada Sri Krisna tentang apa penyebab orang-orang berbuat dosa walaupun ditentang oleh hatinuraninya. Hal ini dijawab oleh Sri Krisna, bahwa penyebab orang berbuat dosa adalah karena orang itu dikuasai oleh nafsu (kama) dan amarah (kroda) yang lahir dari sifat rajas guna, keduanya merupakan musuh setiap orang. Adapun tafsir dari sloka ini adalah setiap orang mempunyai kewajiban (swadharma) untuk memerangi musuh-musuh yang ada diri manusia, di antaranya hawa nafsu.
Bagaimana upaya kita untuk memerangi hawa nafsu? Sri Krisna dalam Bhagawadgita telah memberikan cara atau upaya untuk melawan dan mengendalikan hawa nafsu, yaitu pertama, dengan disiplin melakukan kebiasaan yang baik (abhyasa) dan yang kedua berusaha melaksanakan usaha pembebasan diri atau tidak terikat pada keinginan (wairagya).
“Tidak dapat diragukan lagi, O, Arjuna, pikiran itu berubah-ubah, sukar ditaklukkan, tetapi ia bisa dikendalikan dengan membiasakan diri dan ketidakterikatan.” (Bhagawadgita-VI-35)"
Pengendalian nafsu dapat dilakukan melalui pengendalian pikiran, pikiran itu seperti disebutkan pada sloka di atas mudah berubah-ubah dan liar, mudah dipengaruhi oleh indera-indera. Dengan pengendalian pikiran, pikiran menjadi lebih tenang dan kesadaran terjaga, dengan demikian pengaruh hawa nafsu dapat diatasi oleh pikiran yang sadar. Kebiasan yang baik itu antara lain dengan rutin menjalankan puja, doa,yoga, dhyana dan japamantra, pada waktu tertentu menjalankan tapabrata seperti puasa, melaksanakan dharmadana dan bertirtayatra mengunjungi tempat suci.
Usaha kedua, yaitu usaha pembebasan diri antara lain dengan cara perenungan diri (refleksi diri) tentang hakikat hidup, menjalankan pola hidup sederhana, dan mengamalkan ajaran bekerja dengan ikhlas seperti yang dianjurkan dalam Bhagawadgita. Perang melawan hawa nafsu sudah dilakukan secara kolektif sejak dahulu oleh umat Hindu, yaitu melalui perayaan rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan. Selama tiga hari menjelang Galungan, umat Hindu mengalami godaan hawa nafsu, jika berhasil mengatasi godaan tersebut, maka umat Hindu bersukacita merayakan kemenangan perang melawan hawa nafsu, di mana hari itu disebut hari kemenangan atau hari Galungan.
Demikianlah, perang melawan hawa nafsu sebenarnya sudah menjadi bagian dari tradisi umat Hindu, namun perlu diingat hawa nafsu itu bukanlah musuh yang mudah dikalahkan, hawa nafsu itu selalu ada, dan tetap menjadi ancaman bagi siapa pun jika tidak dapat dikendalikan. Satu pesan bijak yang perlu diingat kita semua “Sa sukhi yas trsnaya mucyate” yang artinya, dia yang tidak dikuasai hawa nafsunya ialah orang yang beruntung. Om Namo Siva Buddhaya!
-selamat meresapinya, semoga artikel ini bermanfaat-
Belum ada tanggapan untuk "Nafsu dalam Kehidupan"
Post a Comment